Dari Pelatihan NIB Hingga Riset, Ini Sederet Upaya BRI Dukung UMKM

Jakarta, CNN Indonesia — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus memberdayakan pelaku UMKM untuk pemulihan ekonomi pascapandemi. Hal ini disebabkan pembatasan mobilitas di masa pandemi membuat pelaku UMKM secara kreatif mengembangkan bisnisnya.

Sekitar 82,9% pelaku usaha terkena dampak negatif pandemi berdasarkan Katadata Insight Center (KIC). Sebanyak 63,9% bahkan mengalami penurunan omzet lebih dari 30%. Namun, ada UMKM yang berhasil bertahan atau memang sudah lama antisipasi ke arah digitalisasi ketika anjuran pembatasan aktivitas super ketat diberlakukan.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan krisis yang dihadapi pelaku UMKM dan ultra mikro saat ini berbeda dengan krisis ekonomi beberapa dekade silam. Menurutnya, pelaku usaha dihadapkan pada dua pilihan, mempertahankan status quo atau memilih untuk berubah.

Ia lanjut mengatakan pelaku usaha dituntun untuk beradaptasi dengan pola konsumi baru selama pandemi, yakni memasuki pasar online atau bermitra dengan digital platform dalam memasarkan produknya.

Katadata menyampaikan, sejumlah 59% UMKM merespons dengan mulai beralih ke e-commerce. Aktivitas jual beli online juga melonjak 69% dengan transaksi pembayaran digital meningkat 65%.

“Tidak semua pelaku UMKM Ultra Mikro secara alami memiliki kemampuan dan modal adaptasi yang sama. Tantangan baru di masa yang menantang ini membawa pertanyaan bagi pelaku.

Digitalisasi Menggeser Status Quo UMKM Ultra Mikro

Lebih lanjut, Supari mengatakan salah satu instrumen survivabilitas dan ketahanan UMKM untuk mengurangi dampak pandemi adalah kehadiran digitalisasi. Adopsi teknologi ditunjukkan.

dengan kepemilikan smartphone oleh pelaku UMKM dan Ultra Mikro meningkat akibat tekanan pandemi beralih dari offline to online dengan dukungan internet.

Berdasarkan riset terbaru yang dilakukan oleh Supari dan Anton di tahun 2022, terbukti UMKM yang telah melakukan digitalisasi lebih mampu bertahan sebab keunggulan kompetitif dan meningkatkan skala bisnis dapat tercipta melalui bisnis digital. Efisiensi dan inovasi mampu meningkatkan kinerja UMKM.

Namun, jelas Supari, mayoritas 75% dari mereka belum melakukan bisnis secara digital sebab lamanya digitalisasi. Diketahui hanya 25% UMKM yang menggunakan media sosial, website, atau marketplace untuk berjualan di masa pandemi. Supari berasumsi aktivitas inklusi dan literasi masih perlu didorong lebih baik lagi sekaligus meningkatkan akses layanan keuangan formal.

“BRI memiliki kerangka program pemberdayaan UMKM baik untuk individu, kelompok dan ekosistem desa. Lebih dari 27 ribu tenaga pemasar BRI sebagai ujung tombak pemberdayaan meliputi literasi dasar, literasi bisnis dan literasi digital. Program pemerintah bansos, membangun klaster usaha dan desa brilian dilakukan secara intensif,” tegasnya.

Khususnya pada segmen Ultra Mikro, literasi keuangan masih rendah, tingkat inklusi keuangan 65% dimana kurang dari 40% masyarakat Ultra Mikro belum memiliki rekening tabungan. Menurut kajian Women’s World Banking (WWB), pelaku usaha ultra mikro berada pada kelompok Necessary dan Stable, pinjaman informal, merasa tidak perlu perijinan, cashflow campur, dan penggunaan handphone sebatas pribadi bukan usaha.

Supari mengatakan kondisi tersebut yang membuat BRI mendorong peningkatan kapabilitas pengusaha dan usahanya serta menaruh perhatian lebih. Pada tahun 2024 kelak, pemerintah ingin mendorong tingkat inklusi keuangan 90% dalam rencana strategis ekonomi nasional.

BRI bekerja sama dengan Pedagaian dan PNM membuat Holding atau Sinergi Ekosistem Ultra Mikro (UMi) dengan memperluas jaringan Unit Colocation SENYUM (Sentra Layanan Ultra Mikro) dan memperdalam layanan produk dan jasa keuangan formal yang semakin lengkap.

“Berbagai program dilakukan BRI sebagai kerangka besar pemberdayaan sesuai koridor Sinergi Ekosistem Ultra Mikro. BRI mendorong entitas Pegadaian dan PNM memastikan pelaku usaha Ultra Mikro memiliki pengetahuan, kemampuan dan kesempatan akses layanan keuangan yang adil dan inklusif agar terhindar dari kerentanan dan menaikkelaskan pelaku usaha ultra mikro,” ujar Supari.

Pemberdayaan Digital dan Cashless di Ekosistem PNM dan Pegadaian

Masih dalam risetnya, Supari mengungkap UMKM Ultra Mikro yang telah mengadopsi digital memiliki probabilitas ketahanan yang lebih tinggi, dengan peningkatan penjualan, likuiditas, dan profitabilitas dibandingkan dengan yang belum pernah melakukan digitalisasi.

Bagaimana BRI fokus memberdayakan dan meningkatkan produktivitas pelaku UMKM Ultra Mikro menjadi langkah implementasi i4i (innovation for inclusion), intervensi inovasi yang berfokus pada inisiatif teknologi dalam meningkatkan akses layanan keuangan.

Program dan aktivitas yang ditujukan pada ekosistem ultra mikro PNM dan Pegadaian disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan nasabah. Khususnya pada kelompok pra sejahtera di customer based PNM, program pemberdayaan diprioritaskan pada edukasi layanan keuangan digital dan cashless serta dukungan untuk pelaku usaha perempuan.

“BRI terus mendorong pelaku UMKM Ultra Mikro supaya berani bersaing di digital platform sebagai bagian dari journey cashless ecosystem yang harus dibangun. Langkah awal, BRI memastikan kepemilikan produk tabungan Simpedes UMi oleh nasabah PNM dan Pegadaian untuk memfasilitasi pencairan pinjaman hingga bertransaksi secara cashless dengan memanfaatkan sebaran Agen BRILink dan Agen Pegadaian sebagai solusi paling dekat,” terangnya.

Supari memaparkan BRI menyediakan platform LinkUMKM agar pelaku usaha Ultra Mikro mengakses modul-modul pemberdayaan berisi edukasi dasar, seperti pengenalan produk keuangan, pengelolaan cashflow usaha, pencatatan keuangan sederhana, hingga tips kemasan produk dan bagaimana cara memanfaatkan media untuk berjualan.

BRI bersama Pegadaian dan PNM telah menggelar Festival Pasar Senyum di Cirebon untuk mengenalkan produk UMKM Ultra Mikro lebih luas.Adapun dalam acara tersebut turut menghadirkan 50 tenant, jenis usaha foods & beverages, sampai dengan craft products binaan 3 Entitas. Ajang ini merupakan pembuktian eksistensi UMKM Ultra Mikro, bahwa mereka memiliki peranan penting bagi perekonomian setempat.

UMKM Ultra Mikro go online, BRI bekerja sama dengan Grab Indonesia menyelenggarakan ‘Grab untuk UMKM’ memfasilitasi anggota kelompok Mekaar PNM, nasabah Pegadaian sekaligus.

BRI, sehingga mulai mengenal dan dapat menjadi mitra di Grab Merchant, Grab Food, dan Grab Kios.

BRI telah memfasilitasi pelatihan dan pendampingan digitalisasi UMKM Ultra Mikro di berbagai kota menghadirkan platform yang inklusif melalui Grab Indonesia.

Tidak hanya itu, lanjut Supari, BRI kemudian bekerja sama Kementerian Investasi/ BKPM untuk memastikan tiap pelaku usaha memiliki syarat dokumen agar bisa bergabung sebagai mitra. Pelatihan NIB (Nomor Induk Berusaha) juga dilakukan sebagai tindak lanjut atas proses onboarding di digital platform atau marketplace. Sejumlah 1.800 peserta kelompok Mekaar PNM mengikuti rangkaian pelatihan pengembangan kapasitas usaha.

Dengan demikian, pelaku usaha ultra mikro memiliki ruang baru untuk tumbuh, berinovasi, dan mengejarkan ketertinggalan. Jika dibandingkan dengan kondisi tanpa sinergi ultra mikro, stimulus penyaluran pinjaman plus program pemberdayaan bagi ekosistem Ultra Mikro dapat mendorong kemampuan produksi naik 2,6 kali lipat atau naik 16%.

Di samping itu, UMKM bisa menjangkau pasar 1,4 lebih luas dan cepat, menambah jumlah demand penambahan modal 1,6 kali lipat, naik 33% jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Keberhasilan mereka dapat memberikan social impact menyerap lebih banyak tenaga kerja dan bahan baku komoditas lokal.

“Literasi dan inklusi bagi ekosistem Ultra Mikro bukan pekerjaan yang mudah, pemberdayaan digital, dimulai dari inisiatif membiasakan mereka berperilaku cashless merupakan sebuah inovasi pemberdayaan dalam rangka implementasi i4i (innovation for inclusion) bagi UMKM khususnya pelaku usaha Ultra Mikro,” pungkas Supari. (adv/adv)

Sumber: cnnindonesia.com